MENGENAL INFLAMMATORY BOWEL DISEASE (IBD)

Tanggal 19 Mei diperingati sebagai Hari Inflammatory Bowel Disease (IBD) sedunia. Lalu, apa itu IBD dan apa saja faktor risikonya?

Inflammatory Bowel Disease (IBD) pada dasarnya merupakan penyakit autoimun yang berawal atau ‘bersarang’ di saluran pencernaan yang dikenal sebagai peradangan usus kronis. IBD juga disebutkan sebagai penyakit inflamasi kronis saluran cerna yang terjadi akibat kombinasi kerentanan genetik, paparan lingkungan, dan disregulasi respons imun terhadap microbia usus. Perlu diketahui IBD terdiri dari dua jenis yaitu Penyakit Crohn dan Kolitis Ulseratif. Berikut penjelasan Prof. dr. Marcellus Simadibrata PhD, SpPD, K-GEH, FACG, FASGE mengenai IBD.

Penyakit Crohn atau yang juga dikenal sebagai Crohn’s Disease (CD) adalah peradangan yang terjadi di seluruh sistem pencernaan, mulai dari mulut hingga ke anus. Autoimun PC atau CD bisa menyerang banyak bagian di saluran pencernaan. Umumnya, pasien yang menderita penyakit ini mendapati daerah inflamasi berbercak dan diselingi dengan daerah yang sehat. Inflamasi akibat autoimun PC juga dapat meluas sampai seluruh lapisan dinding usus.

Sementara Kolitis Ulseratif atau Ulcerative Colitis (UC) adalah peradangan kronis pada lapisan terdalam usus besar. UC hanya menyerang bagian usus besar dan rektum saja. Daerah perdangan akibat UC tampak berkelanjutan atau tidak berbercak seperti PC. Biasanya peradangan dimulai dari bagian rektum, lalu meluas ke usus besar. Inflamasi IBD jenis UC hanya terjadi pada lapisan dinding usus bagian dalam dari usus besar.

Gejala Penyakit IBD

Ada banyak sekali gejala yang bisa anda curigai dan waspadai sebagai pertanda penyakit IBD seperti buang air besar berdarah (hematochezia), mual, demam, nyeri atau kram perut, perut kembung, diare, selera makan berkurang, berat badan menurun drastic (tanpa diet), feses bercampur dengan lendir, sering merasa kelelahan, dan peningkatan buang air besar. Prof. Marcel juga menambahkan pasien IBD umumnya sering mengalami diare dan itu (diare) terjadi bukan sesekali melainkan hamper setiap hari.

Faktor Risiko IBD

Selain penyitas autoimun, seseorang dapat berisiko mengalami IBD karena beberapa hal berikut ini: merokok, memiliki riwayat infeksi, sering mengonsumsi obat anti-inflamasi nonsteroid (OAINS), tinggal di dekat kawasan industry, berusia di bawah 35 tahun, dan memiliki factor genetic atau keturunan. Menurut Prof. Marcel, IBD lebih sering ditemukan pada usia produktif, usia 20-30 tahunan. Tetapi, ada juga kasus pada anak-anak dan/atau manula tergantung pada faktor risiko lainnya.

IBD tidak bisa dianggap sepele, karena bisa mengakibatkan penurunan kualitas hidup pasien. Selain itu, pasien juga berpeluang mengalami komplikasi yang membutuhkan perawatan dan prosedur bedah, serta dapat berujung pada kematian yang cukup tinggi jika dibiarkan sakit tanpa penanganan yang tepat. Sehingga, sangat penting sekali bagi pasien merawat atau mengendalikan gejala fisik yang diderita.


Sumber:

https://www.kompas.com/sains/read/2021/05/26/110100623/penyakit-autoimun-ibd-kenali-gejala-jenisnya-hingga-faktor-risiko-?page=all

Sumber gambar: Getty Images

Bagikan: