Tuberkulosis atau TB merupakan penyakit yang disebabkan oleh bakteri Mycobacterium tuberculosis. Umumnya, bakteri ini meyerang sistem pernapasan, khususnya paru-paru. Namun, penyakit TB juga bisa menginfeksi organ lain atau kerap disebut sebagai TB ekstra paru (extra pulmonary TB). Hal ini terjadi karena bakteri penyebab TB yang menginfeksi paru-paru terbawa oleh darah dan kelenjar
Vaksin COVID-19 produksi Sinovac mulai beredar di Indonesia. Namun ada beberapa kategori yang tidak bisa mendapatkannya, salah satu diantaranya yaitu orang dengan gangguan gastrointestinal atau gangguan saluran cerna tertentu. Sebagaimana yang disampaikan Konsultan gastroentero-hepatologi sekaligus ketua umum PB PEGI, Prof. Dr. dr. Ari Fahrial Syam, MMB, SpPD, K-GEH, FACP, FACG, FINASIM dalam
Gejala COVID-19 dilaporkan makin beragam. Salah satu gejala yang dilaporkan adalah diare. Gejala diare ini bahkan tidak diikuti oleh gejala umum seperti demam, batuk, dan flu sama sekali. Lalu seperti apa diare pada penderita COVID-19? Konsultan gastroentero-hepatologi sekaligus ketua umum PB PEGI, Prof. Dr. dr. Ari Fahrial Syam, MMB, SpPD, K-GEH, FACP,
Sakit perut merupakan gejala umum yang banyak dialami setiap orang. Namun, rupanya pada titik tertentu, sakit perut perlu diwaspadai karena bisa menjadi pertanda penyakit yang mengkhawatirkan. Lalu sakit perut pada titik manakah yang perlu diwaspadai? Konsultan gastroentero-hepatologi sekaligus ketua umum PB PEGI, Prof. Dr. dr. Ari Fahrial Syam, MMB, SpPD, K-GEH, FACP,
Baru-baru ini otoritas Kesehatan Tiongkok menyampaikan telah terjadi Kejadian Luar Biasa (KLB) baru yang disebabkan oleh norovirus. Norovirus sendiri sebenarnya bukan merupakan virus baru. Norovirus merupakan salah satu penyebab utama terjadinya infeksi usus akut (gastroenteritis) di seluruh dunia, termasuk diantaranya Indonesia, sebagaimana yang diungkapkan oleh Konsultan gastroentero-hepatologi sekaligus ketua umum PB PEGI,
Faktor risiko Covid-19 yang telah diketahui secara umum yaitu daya tahan, lingkungan, dan keberadaan virus. Namun, konsultan gastroentero-hepatologi sekaligus ketua umum PB PEGI, Prof. Dr. dr. Ari Fahrial Syam, MMB, SpPD, K-GEH, FACP, FACG, FINASIM (@dokterari) menyampaikan bahwa terdapat satu faktor risiko lain yang dapat memperparah Covid-19 karena menyebabkan komplikasi, yaitu obesitas.
Salah satu cara menghindari kanker usus besar adalah dengan mengubah gaya hidup menjadi lebih sehat. Hal ini dapat dimulai dengan mengonsumsi sayur-sayuran yang baik bagi pencernaan. Sayuran tersebut dapat membantu kelancaran buang air besa karena kaya akan serat tidak larut yang akan menarik zat-zat tidak berguna yang berpotensi menyebabkan peradangan pada usus.
Kanker usus besar merupakan jenis kanker terbanyak nomor 4 di Indonesia serta menjadi penyebab sekitar 8,5% dari total kematian akibat kanker di dunia. Penyakit ini umumnya ditemukan pada usia lanjut, tetapi terdapat factor sporadic yang berkaitan dengan gaya hidup tidak sehat. Sebagaimana yang dijelaskan oleh konsultan gastroentero-hepatologi sekaligus ketua umum PB PEGI,
Risiko penularan virus corona antara pasien dan dokter terbilang cukup tinggi. Terutama sejak Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) mengakui bahwa virus ini dapat ditularkan melalui airborne atau udara dalam jumlah partikel yang lebih kecil. Proses penularan virus antara pasien dan dokter melalui airborne sendiri, sebagaimana yang dijelaskan oleh dokter spesialis penyakit dalam dan
Penyakit COVID-19 dinyatakan sebagai kondisi darurat kesehatan nasional dan pandemi. Pedoman ini ditulis berdasarkan pada sistem peringatan World Health Organization (WHO) dan dapat diperbaharui berdasarkan pada situasi kesehatan masyarakat yang sedang berkembang. Isi dan rekomendasi dalam pedoman ini berupa interpretasi dari informasi terbaik yang telah dipublikasikan para ahli. Pedoman ini dimaksudkan untuk